Selasa, 08 November 2016

Cara Membuat Termos Sederhana

Semua orang pasti tau apa itu termos. Bahkan semua orang pun pernah menggunakan alat ini, Ya, termos merupakan alat untuk menyimpan air dengan suhu tertentu supaya suhu air tersebut tidak terpengaruh dengan suhu luar. Pada post ini, akan dibahas segalanya mengenai termos hingga bahan-bahan pembuatan termos sederhana. Kalau gitu, let’s check it out!
Sejarah Termos
Termos (bahasa inggrisnya: Thermos) atau yang dikenal juga sebagai vacuum flask ditemukan oleh Sir James Dewar. Dia bekerja sebagai dosen di Royal Collage Veteriner., Dia juga membuat beberapa penelitian. Nah ketika dia meneliti tentang daya tahan elektris tanpa sengaja menemukan tabung hampa udara yang digunakan untuk pengiriman dan penyimpanan gas cair. Namun Dewar melihat peluang lain dari temuannya itu. Lalu dia mengembangkan tabung hampa udara untuk menjadi termos yang mampu mempertahankan suhu, dingin maupun panas.
Cara Kerja Termos
Menurut Teori Pertukaran dari Henry Prevost Babbage (1824 ? 1918) bahwa benda yang lebih dingin selalu menyerap gelombang panas dari benda yang lain sampai keduanya mempunyai temperatur yang sama. Didasarkan pada teori ini maka teh yang panas ataupun dingin dalam termos akan kehilangan panas atau menyerap panas dari tempatnya. Namun, termos sudah didesain agar bisa menghambat ketida cara panas dapat berpindah: konduksi, konveksi, dan radiasi.
Termos dibuat dari kaca yang berdinding rangkap, naah diantara dinding itu dibuat hampa udara dan salah satu dindingnya dilapisi oleh lapisan yang mengkilap (disini kita gunakan perak). Di termos ini terdapat dua dinding kaca, yang masing-masing dibuat mengilap. Bagian dalam dibuat mengkilap agar kalor dari air panas tidak diserap oleh dinding. Sedangkan bagian luar dinding kaca dibuat mengilap dan dilapisi dengan perak, tujuannya agar tidak terjadi perpindahan kalor secara radiasi.
Buat apaan sih kok dikasi ruang hampa segala? Ruang hampa udara disini digunakan untuk mencegah perpindahan kalor secara konveksi. Tutup termos itu ada fungsinya nggak? Jelas ada dong, tutup termos disini dibuat dari bahan isolator, gunanya untuk mencegah perpindahan kalor secara konduksi.
Prinsip kerja termos sebenarnya sangat sederhana kok. Termos ini menggunakan bahan-bahan yang sifatnya adiabatik. Idealnya, bahan-bahan adiabatik ini menghambat terjadinya interaksi antara sistem dengan lingkungan. Tidak ada perpindahan sistem dalam termos dengan lingkungannya. Akibatnya tidak terjadi pertukaran temperatur. Dengan digunakannya bahan adiabatik ini, termos bisa mempertahankan suhu air yang berada di dalamnya.


Bahan Pembuatan Termos
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat termos antara lain adalah :
  1. Tabung kaca yang hampa udara berguna agar udara tidak bisa kontak atau bersentuhan langsung dengan air panas.
  2. Sterofoam, berguna untuk melindungi tabung kaca agar tidak kontak langsung denganudara sekitar, hal ini karena masih ada transfer kalor (panas) dari air panas ke tabung kaca.
  3. Tutup termos juga sebagai isolator.
  4. Casing termos yang digunakan sebagai pengaman.
 Sumber : http://www.e-fisika.net/

Jika Anda memasukkan sebuah paku besi atau paku baja ke dalam gelas pasti paku tersebut langsung mendarat di dasar gelas alias tenggelam. Hal yang sama juga terjadi apabila Anda melemparkan batu ke dalam sungai, pasti akan langsung jatuh tenggelam. Namun kenapa beberapa benda justru bisa mengapung seperti botol, atau manusia yang sedang berenang di dalam kolam dan laut? Padahal air merupakan benda cair yang partikelnya lebih renggang dibandingkan dengan benda padat. Pertanyaan yang sama juga berlaku untuk mengapa kapal baja bisa mengapung di laut padahal berat satu buah kapal bisa ribuan ton?




1. Hukum Archimedes

Hukum Archimedes merupakan salah satu hukum dasar dalam ilmu Fisika yang salah satu penerapannya digunakan untuk membuat kapal laut agar bisa mengapung. Bunyi Hukum Archimedes adalah “apabila sebuah benda dimasukkan ke dalam benda cair, maka benda tersebut akan mengalami gaya ke atas yang sama besarnya dengan jumlah benda cair yang berpindah”.
Berat benda yang dimasukkan ke dalam air akan terasa lebih ringan daripada jika ia diangkat di atas permukaan darat. Hal ini dikarenakan ketika benda tersebut dimasukkan maka benda tersebut memiliki gaya apung (gaya berat) yang ditopang oleh gaya ke atas dari dalam air menimbulkan resultan gaya. Apbila gaya apung sama besarnya dengan gaya ke atas maka benda tersebut akan mengapung.

2. Dibuat massa jenis benda lebih kecil

Anda mungkin masih ingat dengan percobaan saat di sekolah dulu di mana sebutir telur yang dimasukkan ke dalam air garam akan mengapung. Sedangkan apabila telur dimasukkan ke dalam air biasa ia akan tenggelam. Hal ini bisa terjadi karena massa jenis sebutir telur lebih kecil dibandingkan massa jenis air garam. Air yang ditambahkan garam jadi punya partikel yang lebih padat ketimbang telur sehingga gaya ke atasnya lebih besar dibanding gaya berat telur.
Prinsip yang sama diterapkan pada pembuatan kapal laut. Pada logikanya, baja dan besi memiliki massa jenis lebih besar dibandingkan dengan air. Untuk membuat kapal laut bisa mengapung maka kapal dibuat sedemikian rupa agar memiliki massa jenis lebih kecil dibandingkan massa jenis air laut. Badan kapal baja dibuat berongga yang diisi oleh udara. Udara memiliki massa jenis lebih kecil dibandingkan air. Rongga udara pada badan kapal ini memungkinkan kapal untuk mengapung di atas permukaan laut karena massa jenis kapal yang menjadi lebih kecil juga berpengaruh kepada mengecilnya gaya berat kapal dibandingkan gaya ke atas dari dalam air.

3. Agar kapal tidak patah

Tragedy kapal Titanic yang terjadi pada tahun 1912 merupakan bukti bahwa penerapan Hukum Archimedes tidak selamanya bisa menyelamatkan kapal tenggelam, atau dalam kasus Titanic kapal yang patah. Pada ilmuwan menjelaskan apa yang terjadi pada kapal Titanic adalah karena beban kapal yang menjadi tidak seimbang setelah kapal menabrak gunung es di laut. Tabrakan membuat lubang pada bagian haluan kapal yang membuat air laut masuk ke dalam rongga kapal. Dengan demikian berat beban di bagian haluan menjadi lebih berat dibanding sebelumnya.
Sementara itu di bagian buritan juga terdapat beban-beban seperti poros, kemudi, baling-baling, beberapa mesin kapal dan juga barang muatan kapal atau kargo, tetapi rongga udara masih bebas air sehingga pada bagian buritan gaya berat masih sama dengan gaya ke atas. Karena besar gaya yang tidak seimbang antara haluan dan buritan, bagian tengah kapal yang menjadi tumpuan tidak seimbang dan membuat kapal menjadi patah. Selanjutnya bagian buritan yang mulai kemasukan air, gaya beratnya semakin besar dan ikut tenggelam pula.
Agar kapal tidak patah, saat meloading barang kargo keluar dan masuk kapal, maka loadmaster harus bisa memperhitungkan berat masing-masing kargo dan membagi rata sehingga tidak ada bagian kapal yang berat sebelah. Pada kapal juga umumnya diberi pemberat berupa ballast tank yang bisa dikosongkan atau diisi air laut jika terjadi ketidakseimbangan beban.

Sumber : http://www.onhits.net


Medan Magnet Berjalan Ditemukan

Medan "benih" bisa memecahkan misteri galaksi

 Pancaran partikel dari lubang hitam raksasa sebuah galaksi dalam karya seni.

Gambar: karya Paolo Padovani, ESA, NASA, AVO

Medan magnet lemah berjalan/bergerak melewati alam semesta menurut sebuah penelitian baru yang mungkin bisa memecahkan misteri dari mana datangnya medan magnet besar di seputar galaksi-galaksi.

Berbagai galaksi seperti Bima Sakti masing-masing memiliki medan magnet berskala besar . Walaupun medan magnet ini lebih lemah dibandingkan dengan medan planet, para ilmuwan berpikir bahwa berbagai versi galaktik membantu membangun formasi bintang, mengawal sinar kosmik, dan mengatur kedinamisan gas antar-bintang.

Kebanyakan para ilmuwan meyakini bahwa medan magnet yang lebih kuat dari galaksi-galaksi "dewasa" berkembang dari medan "benih" yang lemah. Namun tidaklah jelas dari mana medan yang lebih tua ini berasal.

Dua teori terkemuka: Medan benih tercipta dari pergerakan gas terstimulasi di berbagai protogalaksi, atau mereka dihasilkan di luar galaksi oleh proses yang tak kelihatan pada permulaan jagad raya.

Pengamatan baru yang dilakukan dengan Fermi Gamma-ray Space Telescope NASA mendukung gagasan bahwa benih-benih itu semuanya ada di sana, bahkan sebelum terciptanya galaksi.

Berdasarkan data Fermi, "kami menemukan bahwa medan-medan magnet lemah ini seharusnya ada di mana saja. Mereka harus berada di luar galaksi-galaksi, mengisi keseluruhan alam semesta, bahkan ketika tak ada galaksi, tak ada bagian-bagian, tak ada apa pun," kata penulis bersama penelitian Andrii Neronov dari Universitas Jenewa bagian ISDC Centre for Astrophysics di Swiss, seperti yang dilansir oleh National Geographic.

Karena berbagai penemuan baru menyatakan bahwa medan-medan bisa terbentuk di luar galaksi-galaksi, "mungkin berbagai medan magnet itu tercipta sebelum galaksi terbentuk," kata Neronov.

Menabur Benih untuk Medan-Medan Galaktik

Menurut teori, medan-medan benih purba bisa saja tercipta dari partikel-partikel terstimulasi yang termuntahkan selama kejadian-kejadian keras seperti ledakan supernova.

Pada akhirnya, teori itu mengatakan, satu medan benih dapat membesar di dalam satu galaksi, karena putaran pelan galaksi menyebabkan partikel-partikel terstimulasi dan gas-gas menjadi searah pada garis-garis medan magnet benih.

Akan tetapi medan-medan benih lain akan tetap berjalan melewati ruang antar galaksi dan itulah yang menurut Neronov dan rekan-rekannya telah mereka temukan.

Lebih tepatnya, tim itu melihat suatu kekurangan energi sangat tinggi sinar gamma dalam data Fermi di blazars yang merupakan galaksi-galaksi dengan lubang hitam super besar pada bagian tengahnya yang memuntahkan pancaran partikel hampir sama dengan kecepatan cahaya.

Sinar gamma yang sampai ke bumi dari blazars seharusnya ada pada level energi tertentu. Tapi sinar gamma yang dilihat oleh tim Neronov nampaknya telah dilucuti sebagian kekuatannya, yang tepatnya akan terjadi jika sinar gamma beinteraksi dengan medan magnet lemah dalam perjalanannya.

Para peneliti itu kemudian memetakan apa yang terjadi ketika sinar gamma menabrak foton, atau partikel ringan. Mereka menemukan bahwa tabrakan menghasilkan berkas aktifitas elektromagnetik.

"Apa yang kami deteksi bisa saja permulaan medan lemah ini, dan itu dapat memecahkan masalah dari mana asal medan magnet di Bima Sakti dan galaksi lain, karena sekarang kita bisa mengetahui kondisi permulaannya," kata Neronov.

Misteri-misteri Magnetis Tetap Ada

Para ilmuwan tidak yakin proses-proses energi tinggi mana yang mungkin menciptakan medan-medan magnetik pertama di alam semesta muda tanpa galaksi, walaupun tak kekurangan contoh.

Juga tak jelas apakah medan-medan benih berjalan memainkan peranan dalam formasi selanjutnya berbagai galaksi dan bagian-bagian galaksi, karena intensitas medan harus diukur dengan pasti.

"Secara umum, Saya cenderung berpikir bahwa mereka tidak memainkan peranan penting dalam pembentukan galaksi-galaksi, karena mereka terlalu lemah" pada level rendah yang diobservasi tim Fermi, kata Neronov.

Partikel Baru Temuan Eksperimen Fisika

Eksperimen fisika menunjukkan keberadaan partikel baru.





Hasil prestisius eksperimen fisika Fermilab yang melibatkan seorang profesor Universitas Michigan nampaknya mengkonfirmasi penemuan aneh 20 tahun yang memberi petunjuk keberadaan sebuah partikel dasar baru yaitu aspek ke empat neutrino.

Hasil baru tersebut lebih jauh menjelaskan suatu pelanggaran simetri fundamental alam semesta yang menyatakan bahwa partikel-partikel antimateri berkelakuan dengan cara yang sama seperti materi-materi penyeimbangnya. Demikian seperti yang dilansir oleh Physorg pada tanggal 2 November 2010.

Neutrino adalah partikel dasar netral yang dihasilkan dalam penguraian radioaktif partikel lain. "Aspek" yang diketahui dari neutrino merupakan penyeimbang netral elektron dan kerabat-kerabatnya yang lebih berat yaitu muon dan tau. Tanpa memperhitungkan aspek asal neutrino, partikel-partikel tersebut secara konstan berubah dari satu tipe ke tipe lainnya dalam sebuah fenomena yang disebut "osilasi aspek neutrino".

Sebuah neutrino elektron bisa saja menjadi neutrino muon, kemudian menjadi neutrino elektron lagi. Sebelumnya para ilmuwan meyakini keberadaan tiga aspek neutrino. Dalam Eksperimen Mini Booster Neutrino yang dijuluki MiniBooNE, para peneliti mendeteksi lebih banyak osilasi yang hanya mungkin terjadi jika ada lebih dari tiga aspek.

"Hasil ini mengimplikasikan bahwa ada partikel baru atau kekuatan yang belum kami bayangkan sebelumnya," kata Byron Roe yang merupakan seorang pensiunan terhormat profesor di Bagian Fisika, dan penulis makalah tentang hasil tersebut yang baru dipublikasikan di Physical Review Letters.

"Penjelasan paling sederhana melibatkan penambahan partikel-partikel baru seperti neutrino, atau neutrino steril yang tidak memiliki interaksi normal lemah."

Ketiga tipe neutrino berinteraksi dengan materi utamanya melalui kekuatan nuklir lemah yang membuat mereka sulit dideteksi. Dihipotesikan bahwa aspek ke empat ini tak akan berinteraksi melalui kekuatan lemah tersebut yang membuatnya bahkan lebih sulit untuk ditemukan.

Keberadan neutrino steril bisa membantu menjelaskan komposisi alam semesta, kata William Louis yang merupakan seorang ilmuwan di Los Alamos National Laboratory yang dulunya merupakan mahasiswa doktoral di UM dan dilibatkan dalam eksperimen MiniBooNE.

"Para fisikawan dan astronom sedang mencari neutrino-neutrino steril karena mereka bisa menjelaskan sebagian atau bahkan keseluruhan materi gelap alam semesta," tutur Louis. "Neutrino steril mungkin juga bisa membantu menjelaskan asimetri materi alam semesta, atau mengapa alam semesta itu pada dasarnya terdiri dari materi daripada antimateri."

Eksperimen MiniBooNE yang merupakan suatu kolaborasi antara sekitar 60 peneliti dari berbagai institusi, diselenggarakan di Fermilab untuk mengecek hasil eksperimen Liquid Scintillator Neutrino Detector (LSND) di Los Alamos National Laboratory yang dimulai pada tahun 1990. LSND merupakan yang pertama mendeteksi lebih banyak osilasi neutrino daripada yang diprediksikan oleh model standar.

Hasil permulaan MiniBooNE beberapa tahun lalu yang didasarkan pada data dari sebuah sinar neutrino (sebagai kebalikan dari sinar antineutrino), tidak mendukung hasil LSND. Meskipun demikian, eksperimen LSND dilaksanakan menggunakan sebuah sinar antineutrino, jadi itu merupakan langkah selanjutnya bagi MiniBooNE.

Hasil baru ini didasarkan pada data tiga tahun pertama dari sebuah sinar antineutrino, dan menceritakan cerita lain daripada hasil-hasil sebelumnya. Data sinar antineutrino MiniBooNE memang mendukung penemuan LSND, dan fakta bahwa eksperimen MiniBooNE menghasilkan hasil berbeda bagi antineutrino daripada neutrino, secara khusus mengejutkan para fisikawan.

"Faktanya bahwa kami melihat efek ini pada antineutrino dan bukan pada neutrino membuatnya semakin aneh," ujar Roe. "Hasil ini berarti diperlukan bahkan lebih banyak tambahan serius pada model standar kami daripada yang telah dipikirkan dari hasil pertama LSND."

Hasil tersebut nampaknya melanggar "simetri paritas isi" alam semesta yang menyatakan bahwa hukum fisika berlaku dengan cara yang sama bagi partikel-partikel dan antipartikel penyeimbang mereka. Pelanggaran simetri ini telah terlihat pada beberapa penguraian yang jarang, tapi tidak dengan neutrino, kata Roe.

Walaupun hasil ini secara statistik signifikan dan memang mendukung penemuan LSND, para peneliti fisikawan mengingatkan bahwa mereka membutuhkan hasil pada periode yang lebih lama atau eksperimen tambahan sebelum mereka boleh mendiskualifikasi prediksi model standar.

Sumber : http://sainspop.blogspot.co.id

Banyak orang yang percaya akan keberadaan mahluk halus, namun menyikapi dengan logika sehingga menempatkan mahluk gaib bukan sebagai kultus yang mesti ditakuti, diberi ‘makan’ atau dikerematkan. Dengan memahami konsep mahluk halus secara ilmu pengetahuan mungkin akan membuat kita lebih berani dan tidak takut berlebihan.
Nah, menurut hukum fisika setidaknya ada 3 teori tentang mahluk halus, yakni:
1. Hukum kekekalan energi
Albert Einstein, sang legenda ilmu fisika pernah membuktikan bahwa segala bentuk energi di alam semesta adalah bersifat konstan. Artinya, energi tidak bisa diciptakan atau dihancurkan. Tahukah kalian, bahwa si dalam diri setiap manusia yang hidup terdapat energi listrik yang memungkinkan jantung tetap berdetak, otak tetap bekerja dan kita tetap bisa bernapas.
Nah ketika manusia mati, energi yang ada dalam tubuhnya tentu saja harus berubah ke bentuk yang lain. Teori yang paling masuk akal adalah energi tersebut kembali ke alam semesta, nah energi elektromagnetis dari manusia mati inilah yang pada konsentrasi tertentu bisa terlihat dalam bentuk-bentuk tertentu. Dan tentu saja kadang masih mengandung materi atau sifat-sifat dari asalnya. Sehingga sering kita mendengar orang-orang seolah melihat sosok orang yang telah meninggal.

2. Hukum Coloumb
Mahluk halus menyimpan energi elektromagnetis negatif (-), sedangkan seperti yang kita tahu, bahwa planet bumi juga mengandung muatan (-). Dan berdasar hukum Coulomb, kita tahu bahwa muatan yang senama bersifat tolak menolak, sedangkan muatan yang berbeda akan saling menarik. Nah karena itulah mahluk halus bersifat saling menolak dengan bumi dan muncullah teori bahwa mahluk halus tidak menapak bumi dikarenakan gaya tersebut.

3. Hukum panjang gelombang
Vic Tandy, pakar elektronika dan komputer dari Universitas Coventry mengatakan penglihatan terhadap obyek mahluk halus dipengaruhi oleh gelombang suara infrasonic, atau suara dengan gelombang sangat lemah dan tidak bisa ditangkap oleh telinga manusia. Namun jika terjadi dalam intensitas yang cukup besar, manusia yang peka akan bisa merasakannya.
Ada fakta menarik secara sains soal mahluk halus, seperti misalnya yang dilansir NASA mendukung teori Vic Tandi bahwa mata manusia bereaksi terhadap gelombang nada rendah. Pada panjang gelombang 18 Hertz bola mata manusia mulai bergetar dan sering memunculkan obyek asing yang sering diterjemahkan sebagai mahluk halus.

Sumber : http://www.yudhe.com

Mantel tembus pandang, yang membuat pemakainya menjadi kasat mata, mungkin tak lagi hanya bisa ditemui dalam kisah Harry Potter. Keberadaannya setahap menuju kenyataan meski untuk kali ini, mantel ‘ajaib’ hanya bisa berlaku pada gelombang mikro, bukan cahaya nampak.
Para peneliti AS baru saja berhasil mengembangkan mantel setipis mikrometer, yang dapat menyembunyikan objek tiga dimensi dari gelombang mikro di lingkungan sekitarnya, dari segala arah dan dari segala posisi pengamat.
Untuk studi yang dipublikasikan dalam New Journal of Physics ini, para peneliti University of Texas di Austin, menggunakan lapisan ultra-tipis yang disebut “metascreen“.
Mantel metascreen dibuat dengan strip pita tembaga setipis 66 µm yang dilampirkan ke film polikarbonat fleksibel setipis 100 µm dalam desain berbentuk jaring. Mantel ini digunakan untuk menyelubungi batang silinder berukuran 18 cm dari gelombang mikro, dan berfungsi optimal ketika gelombang mikro berada pada frekuensi 3,6 GHz serta pada bandwidth yang cukup luas.
Dari kemampuan beradaptasi yang melekat pada metascreen serta keunggulan teknik selubung yang digunakan dalam studi ini, para peneliti memperkirakan bahwa objek-objek berbentuk ganjil dan asimetris juga bisa diselubungi dengan prinsip yang sama.

Mantel ini digunakan untuk menyelubungi batang silinder berukuran 18 cm dari gelombang mikro, dan berfungsi optimal ketika gelombang mikro berada pada frekuensi 3,6 GHz serta pada bandwidth yang cukup luas. (Kredit: Institute of Physics) 

(Mantel ini digunakan untuk menyelubungi batang silinder berukuran 18 cm dari gelombang mikro, dan berfungsi optimal ketika gelombang mikro berada pada frekuensi 3,6 GHz serta pada bandwidth yang cukup luas. (Kredit: Institute of Physics).
Objek mampu terdeteksi ketika gelombang-gelombang – entah itu gelombang suara, cahaya, sinar-x ataupun gelombang mikro – terpantul dari permukaannya. Kita bisa melihat objek saat sinar cahaya memantul dari permukaannya ke arah mata kita dan mata kita mampu memproses informasi tersebut.
Studi selubung sebelumnya menggunakan metamaterial untuk mengalihkan, atau membelokkan, gelombang di sekitar objek. Sedangkan metode dalam studi kali ini, yang oleh para peneliti dijuluki “mantle cloaking“, menggunakan jenis terbaru, metascreen logam ultra-tipis, untuk membatalkan gelombang yang terpancar dari objek terselubung.
“Saat terjadi intervensi pada bidang-bidang pancar dari mantel dan objek, mereka lantas saling membatalkan satu sama lain. Efek keseluruhannya adalah transparansi dan tembus pandang dari semuasudut pengamatan,” kata sesama penulis studi, Profesor Andrea Alu.
“Keuntungan dari mantel selubung lewat teknik yang menarik ini adalah kemampuannya beradaptasi, kemudahan manufaktur dan peningkatan bandwidth-nya. Kami telah menunjukkan bahwa Anda tidak harus menggunakan metamaterial yang tebal untuk membatalkan pancaran dari sebuah objek. Permukaan bermotif sederhana yang konformal terhadap objek mungkin sudah cukup dan, dalam banyak hal, bahkan lebih baik dibanding metamaterial tebal.”
Tahun lalu, kelompok peneliti ini menjadi yang pertama yang berhasil menyelubungi objek 3D ke keadaan kasat mata. Dalam studi tersebut, mereka menggunakan metode yang disebut “plasmonic cloaking“, yaitu menggunakan material yang lebih tebal untuk membatalkan pancaran gelombang.
Untuk ke depan, salah satu tantangan utama bagi para peneliti adalah menggunakan “mantel selubung” ini untuk menyembunyikan objek dari cahaya nampak. “Pada prinsipnya teknik ini juga bisa digunakan pada cahaya mantel,” lanjut Profesor Alu.
“Kenyataannya, metascreen lebih mudah disadari keberadaannya pada frekuensi nampak dibanding metamaterial tebal, dan konsep ini mungkin bisa menempatkan kami untuk lebih dekat dengan realisasi praktisnya. Bagaimanapun juga, ukuran objek yang bisa diselubungi secara efisien lewat metode ini harus didasarkan pada skala panjang gelombang pengoperasian, sehingga jika diterapkan pada frekuensi optik, kami mungkin bisa secara efisien menghentikan pancaran dari objek berukuran mikrometer.
“Namun, kami sudah bayangkan aplikasi-aplikasi menarik lainnya untuk menggunakan mantel selubung dan cahaya nampak, seperti mewujudkan nano-tag dan nano-saklar optikal, serta perangkat penginderaan noninvasif, yang dapat memberi beberapa manfaat bagi dunia biomedis dan instrumentasi optikal.”

Sumber: http://www.faktailmiah.com/

Planet kerdil Pluto diketahui memiliki kabut di atmosfernya yang tipis. Data terbaru menunjukkan keberadaan tujuh objek yang diduga awan di Pluto.

  

Pluto dalam cahaya tampak (kiri) dan dalam pandangan sinar-X (kanan). (NASA)

Data dari pesawat luar angkasa New Horizons yang meneliti Pluto tahun lalu menunjukkan bahwa selain berkabut, planet kerdil tersebut mungkin juga memiliki awan.
Sebelumnya, New Horizons telah menemukan kabut di atmosfer tipis Pluto, dengan ketinggian 120 mil  dan dipisahkan menjadi setidaknya 24 lapisan yang berbeda.
“Tetapi kabut bukanlah awan,” kata S. Alan Stern, peneliti utama New Horizons.
Ia menjelaskan, kabut akan menyebar dan tidak memblokir sinar Matahari. Jika kita berdiri di permukaan Pluto dan melihat ke atas, kabut hanya akan menyaring sekitar dua persen cahaya Matahari. Sebaliknya, awan akan memblokir sinar Matahari sehingga tak terlihat dari permukaan.
Gambar sejernih kristal yang diambil New Horizons selama misinya pada bulan Juli 2015 menunjukkan bahwa Pluto hampir seluruhnya bebas awan.
Akan tetapi, pengamatan teliti gambar beresolusi tinggi mengungkap keberadaan tujuh objek cerah yang menyerupai awan melayang di atas permukaan Pluto. Ketujuh objek itu memiliki ukuran yang hampir mirip dan terjadi menjelang fajar atau senja. Diperkirakan, itulah waktu-waktu terbaik terbentuknya awan di Pluto. Meski demikian Stern mengatakan bahwa sulit untuk memastikannya.
“Kami tidak melihat tumpukan atau gerombolan awan. Kami hanya melihat awan individual,” ujarnya.
Ia melanjutkan, "Jika ada awan, itu berarti cuaca di Pluto bahkan lebih kompleks daripada yang kita bayangkan."
Bukan hanya itu, data New Horizons juga menunjukkan bahwa daerah terang (seperti wilayah besar berbentuk hati) di Pluto merupakan wilayah yang paling reflektif di tata surya.
"Kecerahan itu menunjukkan aktivitas permukaan," kata Bonnie Buratti, tim ilmuwan di Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena.
New Horizons telah menyelesaikan pengiriman seluruh data yang berhasil dikumpulkan ketika meneliti pluto kepada ilmuwan Bumi pada 23 oktober lalu. Kini pesawat luar angkasa tersebut berada sekitar 5,5 miliar kilometer dari Bumi dan 540 juta kilometer di sebelah luar Pluto.
New Horizons bergerak menjauhi matahari dengan kecepatan sekitar 14 kilometer/detik, menuju objek penelitian selanjutnya: 2014 MU69, objek mungil di Sabuk Kuiper yang berjarak 1,6 miliar kilometer dari Pluto. Diperkirakan, New Horizons akan sampai di 2014 MU69 pada tahun 2019 mendatang.

(Sumber: Nationalgeographic.co.id )